Apakah Mimpi Harus Ditulis?
Kamis, 22 November 2007
Saya tergelitik untuk sharing atas pertanyaan Pak Hadi dalam pertemuan di Manet kemarin.
"Apakah Mimpi harus ditulis, seperti banyak disampaikan para motivator dalam berbagai seminar?"
Menurut saya bisa ya, bisa juga tidak.
Sering kita mendengar bahwa Dream harus ditulis, dengan tenggat waktu tertentu, dengan jelas sejelas-jelasnya.
Tapi banyak yang merasakan ini malah menjadi beban. Target yang tercapai, apalagi mendekati deadline. Semakin membuat perasaan gelisah.
Bagi sebagian yang lain, specific target waktu dan jelasnya dream justru bisa memompa semangat untuk berhasil. Adrenalinnya terpacu bila ditantang untuk mencapai dream yang tertulis tadi.
Jadi? Kembalikan lagi kepada karakter dan pribadi masing-masing.
Bila pribadi kita cocok dengan tenggat waktu, specif outcome, maka Tulis dengan jelas. Dengan menulis sejelas-jelasnya, bukan saja kemampuan dan tenaga kita akan tercurah, tapi juga kekuatan bawah sadar akan turut mengarahkan proses pencapaiannya dengan cepat.
Dengan menulis dan kemudian membacanya, menjadikan afrimasi kuat bagi diri. Makanya seperti yang disarankan tulisan tersebut ditempel juga diberbagai tempat agar selalu terkondisi untuk mencapainya.
Bagaimana jika kata hati menolak dengan dream yang kita tulis? Misal kita tulis, "Penghasilan saya Rp 100 juta per bulan", padahal kenyataan belum. Ini akan menyebabkan penolakan dari diri sendiri.
Nah, disini diperlukan cara penulisan yang bisa diterima oleh kekuatan bawah sadar kita sendiri. Pak Adi W Gunawan dalam salah satu artikelnya memberikan solusi untuk hal ini.
Didepan kata-kata dream yang kita tuliskan bisa dimulai dengan, "Saya dalam proses untuk mendapat penghasilan Rp 100 juta", atau bisa dimulai dengan "Saya berbahagia dengan..." bisa juga "Penghasilan ideal saya ...."
Jadi akan berbeda perasaan sendiri ketika membaca kalimat kedua. Penolakan diri sudah di bypass dan dapat diterima kata hati.
Bagaimana dengan orang-orang sukses seperti yang pak Hadi temui, tanpa menulis dream yang muluk-muluk tapi bisa berhasil? Hanya mengalir saja.
Bila diri kita memang sesuai dengan karakter tersebut, bisa kita ikuti cara ini. Simple. Memang mengalir, tapi tidak mengalir seperti air. Kenapa?
Karena air mengalir selalu kebawah. Orang-orang sukses tersebut justru mempersiapkan dan membangun aliran tadi menuju ke atas. Pondasi-pondasi diperkuat. Dengan memperbanyak jaringan, aliran-aliran kecil diarahkan kepada aliran yang besar.
Memperlebar aliran dengan memperbanyak silaturahmi. Kreatif membuka aliran baru yang lebih tinggi. Dalam prosesnya ada saja ditemui kebocoran. Ketangguhan pribadi yang kokoh akan dengan segera menutup setiap celah kebocoran.
Dan selalu membuka keran-keran air segar kepada siapa ssaja yang membutuhkan.
Jadi, lagi-lagi kuncinya kembali kepada diri sendiri. Karakter pribadi. Apa saja yang membuat hati enak, hati tenang itu yang bisa kita ikuti.
Nurani pasti menuntun kearah terbaik, untuk mencapai dream yang kita idamkan...
1 komentar:
Setuju Pak ... Style apa "mimpi" harus ditulis atau ngga mungkin disesuaikan dengan enaknya gimana buat kita. Seperti kata Bapak.
Intinya bagaimana kita senantiasa terpacu untuk meraih mimpi-mimpi kita.
Saya sendiri memilih menuliskan memo2 mimpi saya ... buat reminder tiap ngeliatnya.
Salam sukses,
Eka
http://www.pernik-unikdiary.blogspot.com
Posting Komentar