Kenapa Ga bisa Kaya?

Senin, 30 Juli 2007

Mengapa sampai saat ini kta belum bisa mencapai kemakumuran yang diharapkan? Kalau pertanyaan ini diajukan pada Anda, kira-kira apa jawabannya?

Ada yang menjawab, " saya tidak cukup pintar". Tapi apakah pintar merupakan jaminan sesorang untuk makmur? Bila ya, tentu orang kaya akan lebih banyak didominasi oleh guru, dosen atau professor.

Kenyataan berkata lain. Kepintaran ternyata bukan jaminan untuk makmur. Lihat saja orang terkaya di dunia- Bill Gates, yang ternyata tidak lulus kuliah.

Jawaban lainnya, "Saya tidak punya cukup waktu untuk menghasilkan kekayaan lebih banyak". Wah, bila saja orang yang punya banyak waktu bisa menghasilkan kekayaan, pasti orang yang menganggur sekarang ini tentu makmur semua. He he…

Yang pasti setiap kita diberikan waktu yang sama setiap harinya. 1x24 jam. Tidak kurang, tidak lebih

Mungkin banyak yang menjawab saat ini tidak punya banyak uang untuk menghasilkan uang lebih. Lagi-lagi ini hanya alasan pembenaran. Contohnya Bob Sadino, mulai tidak dengan uang berlimpah. Dia pernah menjadi supir taksi, juga kuli bangunan. Bahkan bisnis Kem Chicknya dimulai dari hanya penjual telur ayam saja.

Atau bisa ditanya pada Jendral TDA Pak Roni, dalam satu kondisi sulit memiliki sedikit uang yang hanya cukup untuk ongkos satu kali jalan pulang ke kampung halamannya saja. Dan kenyataannya sekarang jauh lebih baik. Jadi uang tidak bisa menjadi alasan penghambat.

Menurut Adam Khoo ada beberapa alasan mengapa sampai saat ini seseorang masih sulit mencapai kemakmuran

Alasan utama adalah, Orang tersebut masih tidak (mau) punya kendali pada tindakan sendiri

Selalu saja menyalahkan orang lain atau kondisi eksternal dari keadaan yang terjadi. Contohnya, pada saat omset menurun, kemudian kita menyalahkan kondisi market yang tidak kondusif atau mengkambing hitamkan pelanggan yang dibulan Juli ini lebih terkonsentrasi untuk keperluan sekolah.

Bila Anda mau pegang kendali, maka kondisi apapun yanag terjadi akan Anda ambil sebagai tanggung jawab penuh Anda. Bukan menyalahkan orang lain, tapi interospeksi. Misalnya, mengapa tidak memperbaiki cara menjual Anda, produk yang Anda jual atau strategi pemasaran yang harus dievaluasi.

Tiger Wood, pegolf kaya dan peringkat satu di dunia- bisa menjadi contoh untuk hal ini.

Pada suatu turnamen kondisi angin yang begitu besar dan mendung yang menghitam. Tentu sangat menyulitkan untuk mengarahkan bola golf ke hole yang dituju. Benar saja , pukulannya melesat jauh dari sasaran.

Ketika pegolf lain termasuk para pengamat menyalahkan kondisi cuaca yang sangat buruk, tidak demikian dengan Tiger. Dia mengambil tanggung jawab dengan berkata, "latihan saya selama ini tidak cukup baik untuk menghadapi kondisi alam seperti ini. Saya harus lebih keras lagi latihan dalam kondisi cuaca apapun."

Jadi jangan terlalu banyak alasan. Tetapkan mindset untuk berani mengambil tanggung jawab terhadap kehidupan Anda sendiri.

Bukan mindset sebagai korban, yang selalu menyalahkan keadaan, menyalahkan bos, menyalahkan karyawan, kalau perlu menyalahkan dunia. Mungkin seperti kata peribahasa: Kuman disebrang lautan tampak, Gajah dipelupuk mata tidak kelihatan.

Jika selalu menyalahkan orang lain, berarti Anda menyerahkan remote kehidupan Anda pada orang lain. Dengan memberikan kontrol pada orang lain, sulit untuk bisa merubah hidup Anda.

Artinya pada saat belum mencapai kemakmuran, tidak serta merta menyalahkan orang lain, menyalahkan komunitas, menyalahkan kurikulum DSA (Dream, Strategi, Action). Tapi ambil 100% tanggung jawab. Bisa saja saat itu salah memilih atau mengambil keputusan, salah strategi, salah tindakan yang ditempuh. Semuanya dievaluasi dan diambil koreksi.

Ini akan menjadi kekuatan untuk bisa mencapai kelimpahan. Pilihan ada pada Anda. Take your own responsibility or to be a victim!

Read more...

Liburan

Rabu, 25 Juli 2007


Tiga hari kemarin saya liburan ke daerah Tasikmalaya, tempat kampung halaman istri tercinta.

Desanya di kaki gunung Galunggung. Sejuk, dingin tapi hangat dengan keramahan warganya.

Pagi membaui wangi padi, rumput segar yang masih berselimut embun. Indahnya alunan gemercik air dari pancuran. Dan sapaan lembut mentari.

Setiap tarikan nafas, menyegarkan semua pori-pori.

Ada satu tempat pemandian yang airnya langsung dari semburan mata air. Sangat bening. Begitu air menyentuh kulit, akan terasa kesegaran yang serasa menembus tulang.

Rasanya setiap detik sangat berharga untuk dinikmati. Ditambah lagi senyuman tulus dari warga setempat. Sapaan hangat selalu terdengar begitu kita mendekat.

Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, mampir sejenak di Rumah Strobery, di Bandung. Disinipun disuguhi makanan yang nikmatnya....nasi liwet panas yang gurih, ayam goreng, tempe mendoan, ikan asin, lalapan seger dan sambalnya yang wah...

Bukan makanan saja yang memang enak, tapi pemandangan, hawa sejuknya.

Hmm tiga hari yang membawa kesegaran baru

Read more...

Apa Enaknya Punya Bisnis Sendiri?

Kamis, 19 Juli 2007

Apa sih enaknya punya bisnis sendiri? Begitu pertanyaan saya saat awal mengenal komunitas TDA. Komunitas yang kenceng menggelontorkan issue full TDA- having own business.

Nah, Brad Sugar -pendiri Action International- punya jawaban untungnya punya bisnis sendiri:

1. Bisnis memberi Anda kemampuan untuk membeli kembali asset yang paling bernilai, yaitu WAKTU.

Kelulasaan menggunakan waktu. Ini yang menjadi salah satu alasan kuat banyak orang untuk menjadi entrepreneur.

Coba lihat catatan blog para full TDA, seperti pak Roni, pak Iim, pak Agus Ali, Mba Yulia dan lainnya. Kapanpun mereka ingin berlibur, berapa haripun lamanya- tidak perlu repot-repot mengajukan cuti. Tidak perlu takut atasan tidak mengijinkan.

Pagi-pagi bisa dengan santai mengantar anak sekolah. Atau bila ada keluarga sakit yang perlu diantar, anytime ready.

Dengan bisnis, Anda bisa membuat sistem dan mengajarkan team untuk bekerja dengan mandiri. Secara phisik Anda tidak perlu selalu hadir untuk menjalankan bisnis tadi.

Satu hal tentang waktu: Bila sudah berlalu, tidak mungkin dapat digunakan kembali.

2. Kendaraan untuk menghasilkan 'serius' cash flow.

Dengan memiliki bisnis sendiri, Anda bisa menghasilkan asset yang bisa mendapatkan cash flow besar. Dengan pengetahuan dan hasrat yang kuat bisnis akan bisa berkembang. Dan Anda bisa keluar dari tugas operational sehari-hari dengan pendelagasian yang baik.

Dengan cash yang kuat apapun bisa Anda lakukan. Tugas Anda selanjutnya me-Leverage. Mengulangi sistem yang sama dengan bisnis lainnya. Brad menyebutnya 'accelerated wealth' -percepatan menuju kemakmuran.

3. Dengan memiliki bisnis sendiri, berarti Anda berada di kursi pengemudi.

Anda yang pegang kendali. Memimpin team dan pengambil keputusan. Apapun yang menurut pikiran Anda baik, tinggal diterapkan. Test and Measure. Tidak perlu takut ide Anda ditolak.

Kabar baiknya, setiap hari Anda bekerja untuk membuat diri Anda bertambah kaya. Bukan berkerja untuk membuat Boss Anda kaya.

4. Business must be fun.

Ini yang penting menurut Brad. Begitu Anda masuk kedalam bisnis, akan terbuka bagaimana tantangan di bisnis ternyata bisa menyenangkan. Seperti yang di alami Pak Hadi - Raja Selimut: Berbisnis dengan Fun dan... kebanjiran rejeki.

Brad juga menambahkan keuntungan lain dari sisi Tax, dan pengetahuan yang bisa dikembangkan.

Bagi saya sendiri -yang masih hidup di dua alam- keuntungan selain income bertambah :), bisa bersilaturahmi juga bisa membuka lapangan kerja. Alhamdulillah saat ini baru memiliki 4 karyawan.

Brad menutup dengan pesan: "Business just a Game, so Learn the Rules, Play Smart and Have Fun...!"

Isn't that interesting?

Read more...

Sukses Pindah Kuadran

Senin, 16 Juli 2007

Kali ini saya bersilaturahmi dengan seorang pengusaha bengkel sukses. Beliau menceritakan bagaimana perjalanannya berpindah kuadran dari seorang karyawan (employee), menjadi pekerja mandiri (self employee) dan sekarang sebagai pengusaha (buisness owner) yang sukses.

Bengkelnya sudah cukup punya nama di Jakarta, walaupun letaknya bukan di pinggir jalan raya besar. Tapi customer-nya tidak pernah sepi.
Punya 3 properti cukup besar dan satu diantaraya berupa kos-kosan 'bekerja' menambah passive incomenya.

Sebelum menjadi pengusaha sukses, beliau juga seorang karyawan biasa. Yang membedakan, beliau sudah punya dream dan NIAT yang kuat untuk memiliki bisnis sendiri. Niat ini yang terus dipelihara dibarengi dengan action.

Apa saja actionnya selagi menjadi karyawan untuk mewujudkan 'dream'-nya?

1. Belajar Sungguh-sungguh

Sebagai seorang mekanik, dia ingin benar-benar menguasai semua hal tentang mobil. Mulai dari mesin, kelistrikan, ac, transmisi, system automatic sampai masalah ban.
Tidak ada lagi hitung-hitungan lemburnya dibayar atau tidak. Ketika diberi tugas untuk menangani masalah, dia akan terus tekuni sampai mahir.
“Yang penting saya bisa dapat ilmu, “ begitu prinsipnya.

Dengan banyak belajar, dia menjadi mekanik yang mempunyai kemampuan 'lebih' diantara karyawan yang lain. Nilai plus ini yang menjadikannya sangat dekat dan dipercaya customer bengkel tempatnya bekerja, di Astra Group.

Sampai akhirnya ada satu orang pelanggannya yang ingin membuka bengkel, menawarkannya sebagai kepala mekanik. Kesempatan ini tentu tidak disia-siakan.

Dibengkel baru ini lagi-lagi dijadikan sarana untuk belajar. "Bukan lagi belajar tentang teknik. Tapi belajar bisnis," katanya. Semua trik dan cara mendapat pelanggan dia pelajari.

Bagaimana menjaga kepuasan pelanggannya, bagaimana pelanggan bisa setia dan tidak pindah ke bengkel lain. Dimana mendapatkan spare parts dengan harga bagus. Bagaimana menentukan harga jual. Dan banyak hal tentang marketing termasuk management bengkel yang dia pelajari disini. Cara-cara mengatur karyawan dan system penggajian.

"Pelajaran on the street yang sangat berharga, saya tidak bisa didapatkan dari buku-buku teori," kenangnya

Jadi selagi masih sebagai karyawan, manfaatkan semaksimal mungkin untuk belajar. Begitu kiat pertamanya

2. Menabung

Ini yang dilakukannya. Biasanya dia sisihkan di awal pada saat menerima gaji. Sebelum dipakai untuk membayar keperluan, disisihkan terlebih dahulu senilai tertentu.

Karena dirasa agak lama untuk mendapat angka modal yang diharapkan, dia mulai menarapkan trik lain. Dicoba dengan berhutang kepada perusahaan tempatnya bekerja, cicilan dengan potong gaji tiap bulannya. Begitu lunas, diajukan lagi hutang berikutnya.

Uang dari hutang itu, bukan dibiarkan menganggur. Tapi dibelikan properti berupa tanah dan sawah di kampungnya. Dia sudah berhitung, harga properti tidak mungkin turun.

Dan benar saja, pada saat waktunya untuk digunakan, nilai proerti itu sudah naik beberapa kali lipat.

3. Networking

Ini salah satu kunci suksesnya. Sebagai karyawan, jangan lupakan untuk memperluas juga networking. Jangan berhitung untung ruginya atau manfaat saat itu untuk memperluas networking.

Semakin banyak dan luas jaringan kita, semakin mudah kita dalam berusaha. Ketika menangani satu customer, yang dilakukan-nya juga mengetahui lebih customer tersebut. Kebiasaannya, komunitasnya sampai mengenal keluarganya.

Jaringan yang berhubungan dengan lingkup usaha kita, seperti dengan para supplier, dengan customer. Dengan mengenal lebih jauh supplier, kita akan mendapat banyak kemudahan, seperti terjaminnya kontinuitas stok barang dan harga yang bagus.

Begitupun dengan jaringan yang tidak berhubungan secara langsung dengan perusahaan. Seperti beliau ikut komunitas club mobil, kegiatan kemasyarakatan.
Dengan banyak orang tahu keahlian kita, justru banyak datang referensi bagus untuk menggunakan jasa kita.

Yang penting dari networking adalah menjaga kepercayaan dan komitmen. Sekali nama kita tidak baik, maka kekuatan jaringan bisa menyisihkan kita. Integritas kita benar-benar harus dijaga bila ingin terus langgeng dalam suatu networking. Begitu pesan beliau.

Pindah Kuadran

Nah, dengan ketiga modal diatas, beliau berani meninggalkan 'comfort zone'-nya sebagai karyawan di posisi puncak dan beralih menjadi self employee.

Jadi semua dimulai dari ilmu yang didapat, dengan tabungan yang sudah ditangan dan dengan networking yang memang mendukung. Tentu saja dengan tambahan support keluarga dan berdoa.

Sebagai pekerja mandiri, beliau menangani sendiri semuanya. Mulai dari mencari customer, menangani perbaikan, service, sampai delivery. Hanya dibantu satu orang mekanik.

Kenapa memilih self employee dulu?

Menurutnya ini berkaitan dengan service dan reputasi yang dijaga. Karena ingin memberikan jaminan kepada customer, bahwa pengananan service yang diberikan akan sebaik, malah lebih baik ketika dia sendiri yang langsung menangani.

Jaminan ini yang diminta pelanggannya. Tapi tetap dia bisa mengedukasi pelanggannya dan pelan-pelan ditangani oleh mekaniknya.

Dengan bertambahnya pelanggan, maka bertambah pula kebutuhan tenaga kerja. Begitupun dengan tempat, dari lokasi cuma di garasi rumah, menyewa tempat, sampai akhirnya membeli lokasi yang cukup luas untuk bengkelnya.

Saat sudah settle seperti itu, beliau beralih dari self employee menjadi business owner. Tidak lagi menangani pekerjaan sehari-hari. Tapi mempercayakan kepada staff. Saat ini, beliau memiliki 15 orang karyawan. Yang dilakukannya hanya menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan supplier. Selebihnya, team beliau yang bekerja.

Read more...

The Law of Expectation

Jumat, 13 Juli 2007

Quote of the day:

The law of expectation says "Whatever you expect with confidence, positive or negative, becomes your reality"

If you confidently expect to succeed, if you confidently expect to learn something from every experience, if you confidently expect to become wealthy as a result of applying your talents and abilities to your opportunities and you maintain that attitude of confident expectations long enough, it will become your reality.

It will give you a positive optimistic cheerful attitude that will cause people to want to help you, and will cause things to happen the way you want them to happen.

Read more...

Modal Entrepreneur? Pasrah dan Yakin!

Kamis, 12 Juli 2007

Sudah tiga hari ini saya berada di Jawa Tengah, tugas kantor TDB saya ke daerah Semarang, Solo, Jepara dan Boyolali. Ada pertemuan yang cukup berkesan dengan salah satu customer. Dia owner dari perusahaan Eksportir Furniture di Jepara yang berangkat dari seorang karyawan.

Beliau bercerita pada saat menjadi karyawan, ada sesuatu yang dirasa kurang. Padahal pendapatan dan karirnya terus meningkat. Posisi terakhir sebagai kepala cabang perusahaan di Batam.

Setelah melalui perenungan, baru disadari ternyata keinginan terkuatnya ingin bekerja tapi tidak mau terikat waktu tertentu. Kerja terpatok jam 8 pagi sampai 5 sore. Tidak punya kebebasan dalam mengatur waktunya sendiri. Dia ingin kapan saja waktunya istirahat ya istirahat. Kapan kerja serius, ya tekuni. Kapan saja mau dekat dengan keluarga, ya monggo. Kalau saya artikan jiwanya ingin menjadi entrepreneur.

"Akhirnya saya putuskan untuk punya perusahaan sendiri" kataya sambil dengan santai sarungan. "Modalnya?" tanya saya

"Modalnya cuma pasrah dan yakin!"

"Pasrah sama yang punya modal dan yakin dengan pemilik modal". Dengan pemilik modal? Belum sempat saya tanya siapa pemilik modal itu dia meneruskan: "Pemilik modal itu ya Allah. Dia yang Maha Kaya dan Maha Pemurah".

" Tanpa batas! No Limits!" katanya bersemangat

"Pasrah bukan berarti diam. Tapi amal atau ambil tindakan. Ikhtiar! Nah kalau sudah ikhtiar dengan segenap kemampuan, baru hasilnya pasrahkan pada Dia" sambil menghisap rokok kreteknya dia membagi pengalamannya. "Sandarkan semua padaNya. Njenengan tinggal bilang, Ya Allah jika tindakan ini benar dan menuju kepada kebaikan, maka bukakanlah jalan terbaik. Tapi kalau dimataMU tidak baik dan menjauhkan dari ketaatan kepadaMu, kuatkanlah hatiku untuk menjemput rizkiMu dari jalan yang lebih baik"

Ini sejalan dengan kajian ustadz Huzaifah di pengajian TDA Qalbussalim tentang Zero Mind Process. Meng-NOL-kan diri. Mengakui bahwa kita sebagai manusia sangat terbatas dan tidak punya daya kecuali kepasrahan pada kekuatan Tuhan.

"Kalau maksudnya yakin tadi?" saya jadi tertarik untuk mendengar penjelasanya lebih lanjut

"Ya Yakin. Tanamkan keyakinan dalam hati, bahwa Allah lah yang menggaji panjenengan, yang memeberi nafkah, yang memberi untung, yang memberi omset!" katanya serius. "Bukan pelangganmu, bukan keahlianmu, atau semua kehebatan njenengan"

"Kalau sudah begitu, hati akan tenang dan Insya Allah usaha akan terus dimudahkan" Saya hanya bisa manggut-manggut mendengar petuahnya yang bernas ini.

Karena ide entrepreneur sejalan dengan misi Komunitas TDA, saya juga menceritakan tentang komunitas ini pada beliau. Pada prinsipnya dia mendukung, cuma satu hal yang menurutnya perlu diluruskan. Yaitu NIAT.

"Jangan hanya berniat ingin jadi full TDA atau pengusaha semata. Terlalu kecil. Itu cuma kendaraan"

"Tapi niatkan ingin mendekatkan diri pada Allah. Karena diposisi apapun, kita bisa dekat bisa juga jauh dari rahmatNya"

Beliau menggambarkan banyak sahabatnya yang karyawan tetap bisa taat. Sholat pada waktunya. Tapi ada juga yang pengusaha yang sebenarnya waktunya luang, tetap saja sholatnya di pertengahan atau bahkan di akhir waktu.

"Ingat cerita sa'labah. Sahabat nabi yang ketika miskin, ketika menjadi penggembala (baca: karyawan) taat luar biasa, tapi ketika diberi cobaan berupa kekayaan melimpah, sebagai saudagar (baca: pengusaha) malah menjauh dari Allah" katanya mengingatkan.

Hmm. Luruskan niat. Dan rasanya para saudagar TDA tidak ada yang bermental Sa'labah, dalam hati saya bergumam. Insya Allah.

Saya juga bercerita tentang acara bedah buku yang diadakan komunitas TDA. Beliau cuma berujar, "Itu baik, tapi jangan terlalu banyak memenuhi otak njenengan dengan berbagai macam teori2". "Bisa ngebul nanti otakmu" katanya sambil tertawa.

"Otak itu terbatas kapasitasnya. Yang malah lebih penting penuhi hati dengan makanan rohani" urainya. "Hati itu punya kekuatan dahsyat lho" Mirip juga dengan yang disampaikan Erbe Sentanu dalam buku Quantum Ikhlas. "Apa sih makanan rohani itu pak?" saya makin penasaran.

"Pokoknya semua perkataan, tindakan atau perasaan apapun yang bisa membuat Allah tersenyum" Contonhya, beliau melanjutkan, "sedekah, silaturahmi, saling mengingatkan, berbagi ilmu dan pengalaman, doa, zikir, rasa bersyukur, masih banyak lainnya"

"Jadi ketimbang tertalu banyak membaca teori2 yang bisa membuat kebingungan di kepala, lebih baik ACTION aja", kali ini kata-katanya mirip provokator TDA. "Coba amalkan (ambil tindakan) satu saja! Kemudian konsisten, istiqomah"

"Karena satu tindakan yang dijalankan akan lebih berharga daripada mengetahui 1000 teori tanpa diamalkan"

Wah, makin lama perbincangan dengan beliau makin hangat. Apalagi kami juga disuguhi pecel dengan lontong yang nikmat. Ditemani teh manis hangat…

Kemudian beliau membeberkan 6 kunci dalam meraih kesuksesan. Perbincangan kami terhenti ketika adzan Dzuhur berkumandang. Dan beliau menjadi imam sholat, dengan jamaah para karyawan dan penduduk sekitar

Read more...

Kenali Pasar Anda!

Selasa, 10 Juli 2007

Anda harus mengenal pasar Anda untuk bisa eksis dan sukses dalam bisnis. Pak Rosihan dari TDA Resources berbagi kiat suksesnya dalam mengelola bisnis ritel, khususnya dalam bidang garment. Seorang juragan IT yang juga master dibisnis ritel. Tokonya tersebar di beberapa kota di Jawa Tengah dan baru saja melounching gerai di Karawang, Jawa Barat.

Pada sela-sela acara bedah buku Quantum Ikhlas kemarin, saya yang masih hijau dalam bisnis ritel- bertanya bagaimana mengembangkan bisnis yang sudah ada. Saat ini saya mengelola 2 kios baju anak dan baju dewasa di pasar tradisional. Begitupun Pak rosihan juga mempunyai kios di area pasar tradisional.

Kuncinya: kenali pasar Anda. Apa saja kompenan pasar yang perlu anda selami?

Yang pertama, Kenali Siapa KONSUMEN Product Anda

Untuk lokasi Pasar Tradisional, tentu berbeda konsumen dengan yang berada di pinggir jalan atau dengan yang ada di mall. Harus tahu, siapa saja yang akan datang ke pasar tradisional. Umumnya, tentu saja ibu-ibu yang setiap hari berbelanja kebutuhan pokok. Uang untuk dibelanjakan biasanya sudah dibatasi atau dengan budget yang sudah sangat diperhitungkan

Tingkat ekonomi konsumen pasar tradisional biasanya dari menengah ke bawah. Karena biasanya untuk menengah atas lebih merasa nyaman berbelanja ke mall ataupun supermarket daripada berkeringat di pasar tradisional.

Pelajari juga tingkat emosi atau hal pemicu yang membuat konsumen kita membeli. Di pasar tradisional bisa dengan cara menanyakan kabar keluarga, tentang kehidupan sehari-hari. Yang penting membuat konsumen kita bisa betah berlama-lama di kios kita. Dan hubungan emosi terjalin.

Jadi sebelum bicara tentang lokasi, pastikan dulu seperti apa karakter target konsumen yang Anda bidik. Baru bicara lokasi yang tepat (dilihat dari sisi demografi)

Kedua, Sediakan PRODUCT yang sesuai dengan Konsumen Anda

Bila Anda sudah tentukan target konsumen yang Anda bidik, sediakan produk yang sesuai dengan konsumen Anda. Dan harus juga dipilah product mana yang lebih banyak dibeli (fast moving) dan product yang tidak cepat terjual (slow moving).

Memang ada juga teori yang menyatakan create product dahulu baru cari pasar. Startegi ini akan memerlukan biaya yang cukup besar terutama promosi dalam memperkenalkan dan mengedukasi pasar

Untuk busana sendiri, harus difokuskan apakah untuk target dewasa, anak-anak, abg, baju muslim. Specific. Jangan sediakan semua product yang diminta konsumen. Misalnya ketika kita berjualan busana dewasa, ada yang mencari sprei, handuk dsb. Kemudian kita akan berusaha memenuhinya. Ini yang bisa jadi product tersebut malah stagnan. Jadi focus dan konsisten dengan jenis product itu sendiri

Ini juga akan menancapkan 'brand image' di benak konsumen Anda. Kalau dia perlu busana muslimah yang lengkap misalnya, yang akan diingat toko Anda.

Ketiga, Dekat dengan Supplier Anda

Bila Anda sudah dekat dengan supplier Anda, biasanya ada harga 'khusus' dari supplier buat Anda. Makanya perlu cari supplier yang memberikan product bagus dengan harga yang kompetitif. Dan jadikan sebagai supplier tetap Anda.

Kalau sudah dipercaya, Anda bahkan bisa ambil barang dahulu, bayar kemudaian. Nah!

Keempat, Harga Jual

Banyak factor dalam menentukan harga jual. Diantaranya dari harga pokok barang, daya beli konsumen, strategi pemasaran, target konsumen, mutu product, perputaran barang, juga lokasi.

Ada juga dengan memberikan harga bertingkat, misal harga untuk distributor, sub distributor, dealer, dsb. Bisa dengan stategi potongan harga, yang telah kita mark-up lebih diawal penetapan harga untuk member kesan murah.

Untuk mendapatkan awarnes dari konsumen bisa, dengan menetapkan harga tinggi, kemudian Dilihat dari prestise barang. Harga jual juga disesuaikan dengan lokasi yang Anda pilih. Jadi barang yang sama, akan berbeda harga di lokasi yang berbeda.

Atau strategi harga paket untuk pembelian lebih dari satu product. Ini untuk memicu barang yang slow moving ikut terjual dengan menggabungkan pada product fast moving

Jadi kenali pasar Anda sekarang!

Read more...

Bedah Buku Quantum Ikhlas, Saya = Sukses!

Senin, 09 Juli 2007


Sukses sudah ada pada diri saya. Diri Anda. Itu pesan yang disampaikan Erbe Sentanu dalam acara bedah buku yang diadakan Komunitas TDA, Sabtu 7-7-07 di JDC Jakarta


 

Sukses sudah melekat pada diri Anda. Sama seperti NAMA Anda yang melekat pada diri Anda. Ketika nama Anda disebut atau anda dipanggil, anda pasti 'ngeh' dan perasaan biasa saja kan. Tidak mungkin kan Anda terkaget-kaget atau takjub begitu nama Anda dipanggil.


 

Begitupun sukses. Karena sudah melekat, Anda tidak perlu kaget ketika mencapai apa yang Anda sebut kesuksesan. Biasa saja.


 

Seringkali kita selalu mengukur kesuksesan dari harta yang dimiliki, rumah besar, mobil bagus. Atau bisa saja jabatan, omset 11 digit, 12 digit, dan seterusnya. Segala sesuatu 'yang terlihat'. Padahal itu cuma aksesories dari sukses. Inilah yang menurut Nunu sebagai pandangan dari pola pikir 'comfort zone'. Nunu mencoba mentransormasi menjadi pola pikir 'quantum zone'. Makanya diawal pembahasan dalam memahami 'quantun zone' Nunu berujar : 'Anda boleh tidak percaya saya'


 

Pertanyaan selanjutnya, mengapa kebanyakan kita salah mengartikan sukses itu sendiri dan rasanya masih jauh dari kesuksesan?


 

Nunu kemudian menjabarkan hal di atas dengan cerita anak raja yang diasuh oleh anak petani. Sewaktu kecil seorang anak raja tersesat dan ditemukan oleh keluarga petani. Dan petani tidak menyadari bahwa itu adalah anak raja. Sehingga dia mendidik sebagai anak petani biasa yang miskin. Hingga dewasa anak tersebut merasa sebagai anak petani dengan segala keterbatasannya.


 

Ketika raja menemukan kembali anak tersebut, maka dia tetap merasa sebagai anak petani. Dengan pola pikir anak yang sederhana. Dia akan terheran-heran bila disebut anak raja. Dia akan takjub pada saat melihat istana. Walau coba diiyakini dengan cara apapun, dia tetap sulit mengakui bahwa dia sesungguhnya anak raja.


 

Nah, buku Quantum Ikhlas ini menurut Nunu untuk mengembalikan lagi 'fitrah' kita sebagai 'anak raja'. Sehingga kita merasa sudah terbiasa bila sudah berada dalam 'istana' impian kita. Bahwa kita sebagai manusia yang 'sengaja' dihadirkan Tuhan dibumi ini dengan perangkat kesuksesan.

Dimulai dengan pertanyaan: Do you know who you are?


 

Siapa diri kita, mengapa kita ada di dunia ini. Mengutip kata nabi, barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya.


 

Kemudian dengan mengenal diri sendiri, apakah kita sudah memanfaatkan segala potensi dan keunikan yang ada pada diri kita masing-masing?


 

Pak Nunu bercerita perjalanan selama 20 tahun dalam mengembangkan metode quantum ikhlas ini. Dia kurang sreg dengan mode pelatihan motivasi yang selama ini mengandalkan pada kekuatan pikiran positif saja. Harus berjalan dengan tegak, harus afrimasi diri, harus berjingkrak-jungkrak sambil teriak 'Saya pasti Sukses'.

Itu bukan gue banget, kata hati Nunu.


 

Sampai akhirnya dia mengadu dan berserah pada Allah, pasrah aja. Dan mengalirlah apa yang sekarang kita nikmati buah pikirannya. Kekuatan pikiran yang berada pada level sadar ternyata hanya 12% dari potensi besar pada diri kita. Kalau diibaratkan mobil hanya bermain pada gigi 1.

Ketika kita menginjak gas dengan kekuatan penuh, maka mesin akan malah menjadi panas.


 

Yang 88% itu perasaan atau berada pada level bawah sadar. Disini baru kita sadari bahwa ternyata gigi mobil kita bisa sampai pada gigi 4 atau 5. Bahkan kita tidak perlu lagi pakai transmisi manual, bisa di set secara 'fully automatic' dengan powerful yang dahsyat.


 

Kuncinya ada di qalbu, perasaan dan pikiran berkolaborasi. Dari Intelektual (IQ) atau Nunu lebih suka menyebut Mind Focus, Emotional (EQ) atau Heart Focus, dan Spiritual (SQ) atau Soul focus. Ini semua akan bermuara pada Diveine Zone.


 

Masih banyak yang dibahas Nunu diacara bedah buku kemarin. Dan saya makin terpesona dengan kajian tentang ikhlas ini.

Read more...

Quantum Ikhlas - The Power of Positive Feeling

Senin, 02 Juli 2007


Membaca buku Quantum Ikhlas seperti saya bicara dengan saya sendiri. Lho ko bisa?

Ya ternyata ada bagian dari diri kita yang harusnya selalu di dengar, jadi rujukan kita. Adanya di hati. Dan dengan bahasa yang mengalir, penulis buku ini Erbe Sentanu mengajak kita membedah diri. Memahami agar diri kita kembali pada fitrah.

Fitrah sebagai mahluk ciptaanNya yang sempurna. Fitrah pada manusia sudah melekat pada dirinya yang tidak perlu lagi diusahakan. Seperti apa kondisi fitrah manusia?
Lihat saja anak balita.

Anak-anak seusia itu akan terlihat senang, bahagia, tanpa beban dan total dalam mengerjakan sesuatu.

Sayangnya lingkungan hidup manusia berperan dalam pembelokan alur fitrah itu sendiri.

Nah di buku ini Pak Nunu (panggilan akrab Erbe Sentanu) mencoba menjabarkan bagaimana mengembalikan fitrah itu. Menuju manusia sempurna. Yang hidup seimbang dan utuh dalam kecerdasannya. Kecerdasan Fisik(PQ), Intelektual (IQ), Emsosional (EQ), dan kecerdasan Spiritual (SQ)

Untuk memudahkan pembahasan quantum, Nunu dengan cerdas menganalogikan manusia dengan komputer. Dan super komputer hebat itu bernama ANDA.

Sebagai komputer hayati, Anda juga mempunyai komponen seperti komputer biasa: Hardware-nya adalah otak anda, software-nya adalah pikiran dan perasaan, Operating System berupa hati nurani. Nah hardware untuk penyimpanan softaware berupa Hard Disk adanya di pikiran bawah sadar.

Agar komputer berjalan dengan baik diperlukan SOP. Tapi bagaimana dengan komputer hayati, yang operator sekaligus komputernya sendiri adalah Anda juga?

Buku Quantum Ikhlas ini menurut Nunu merupakan manual book (Spiritual Operating Procedure) dari komputer hayati meliputi:
- Brainwaive Management (upgrade otak dan pikiran)
- Heartwave Management (upgrade hati dan perasaan)

Dengan lugas Nunu mengatakan kita memerlukan perubahan -bukan saja paradigma, melainkan transformasi kuantum. Dari zaman dominasi otak (Positive Thinking) untuk memasuki era kolaborasi hati (Positive Feeling). Dari proses keberhasilan yang memberatkan kepala (Goal Setting) menjadi era yang menyejukan hati (Goal Praying).

Secara khusus Nunu juga mengupas 'The Law of Attraction' dalam satu bab. Bagaimana mengaplikasikan rahasia seperti di buku/DVD 'The Secret' secara powerful. Poweful yang rasanya 'enak'

Saya sangat merekomendasikan siapa saja yang dalam proses mencapai kesuksesan, untuk membaca buku ini. Hebatnya lagi, TDA EO akan mengadakan bedah buku Quantum Ikhlas ini dan akan dibawakan langsung sang penulis. Sabtu besok, satu hari yang saya yakin bisa mengubah cara pandang anda selama ini.

"Ketika manusia benar-benar ikhlas, saat itulah doa atau niat 'berjabat tangan' melakukan kolaborasi dengan energi vibrasi quanta.
Sehingga melalui mekansime kuantum yang tak terlihat, kekuatan Tuhanlah yang sebenarnya sedang bekerja. Jika begitu, siapakah yang mampu menghalangi-Nya?"


Itulah arti sebenarnya dari Quantum Ikhlas

Read more...

Pembaca Blog ini

Anda Pengunjung Ke

  © Blogger template Columnus by Ourblogtemplates.com 2008, AR Junaedi

Back to TOP