Bandara, Waras, Tertekan, Franchise
Jumat, 07 September 2007
Wah apa hubungan antara Bandara, Waras & Tertekan? Ini oleh-oleh dari kunjungan kerja 3 hari di Surabaya yang bisa saya share.
Bandara Juanda
Arek Suroboyo patut bangga juga punya bandara yang cukup megah dan baru. Ini kali pertama saya menikmati fasilitas bandara yang baru. Tahun lalu waktu ke Surabaya masih menggunakan terminal lama yang kecil.
Ruang tunggu didesign mirip dengan di Bandara Changi Singapura. Cuma bedanya dalam hal kebersihan. Sayang sekali budaya bersih masih belum melekat pada pengguna bandara. Sampah kertas maupun bekas air mineral masih banyak berserakan.
Kalau saja diimbangi dengan perilaku bersih, bandara ini bisa jadi tempat yang nyaman -bukan hanya buat yang ingin bepergian, bahkan untuk menikmati kopi hangat sore di cafe-cafenya.
Yang menarik, pemakai laptop juga sudah banyak di sana. Searching web sambil menunggu pesawat yang banyak delay. Seperti saat ini, saya posting blog ini di ruang tunggu bandara. Wah, akan lebih berharga bila pihak bandara juga banyak menyediakan titik hotspot seperti di bandara international lainnya.
Waras
Dalam perbincangan dengan rekan dari Surabaya, masalah lumpur Lapindo di Sidoarjo tetap masih menjadi topic yang seru. Yang sedang hangat mengenai Waras -nama petani lugu dan jujur dari Desa Siring, Porong Sidoarjo.
Sesuai dengan kesepakatan, sawah beliau mendapat penggantian Rp 56 juta, tapi yang masuk ke rekeningnya lebih dari Rp 485 juta. Hati nurani yang bersih (sesuai namanya :),langsung menggerakan beliau untuk segera mengembalikan kelebihan Rp 429 juta ke pihak lapindo.
Bagi Pak Waras, kejujuran ini satu hal yang sangat biasa dan bukan hal yang aneh. Makanya dia sampai terkaget-kaget ketika mendapat hadiah uang Rp 20 juta, perhiasan Rp 30 juta dan bahkan sebuah rumah.
Kejujuran dan keluguannya banyak mendapat simpati dari berbagai kalangan. (Wah apakah kita akan bersikap sama ketika tiba-tiba ada yang salah transer senilai hampir setengah m? :-)
Tertekan
Ini cerita salah satu bisnis owner yang saya temui. Seorang pengusaha kontraktor sukses yang mulai menjadi pengusaha karena tertekan.
Ya, beliau bercerita awal menjadi pengusaha karena ada tekanan yang cukup berat sewaktu menjadi karyawan. Termasuk lingkungan kerja yang tidak juga ramah.
Kondisi tersebut yang membuat beliau nekat keluar kerja dan mendeklarsikan sebagai pengusaha. Modal awal cuma kepercayaan, katanya.
"Makanya kalo kowe stress di tempat kerja, bersyukur!" katanya dalam bahasa suroboyan yang kental, "itu tanda-tanda sing apik untuk jadi pengusaha!" Katanya kali ini sambil tertawa
Nah, kondisi tertekanpun ternyata bisa jadi pintu untuk menjadi seorang pengusaha.
Franchise
Bisnis owner yang saya temui lainnya berkeluh kesah tentang bisnis franchise makanan yang diambilnya.
"Jangan mudah tergoda rayuan franchisor untuk mengambil bisnis opportunity," katanya mengingatkan.
Kemudian dia memeberikan tips praktis sebelum mengambil francise. Apa itu? Nanti saya posting berikutnya, karena saya sudah siap-siap onboard sekarang.
Suroboyo rek!
0 komentar:
Posting Komentar