Modal Entrepreneur? Pasrah dan Yakin!

Kamis, 12 Juli 2007

Sudah tiga hari ini saya berada di Jawa Tengah, tugas kantor TDB saya ke daerah Semarang, Solo, Jepara dan Boyolali. Ada pertemuan yang cukup berkesan dengan salah satu customer. Dia owner dari perusahaan Eksportir Furniture di Jepara yang berangkat dari seorang karyawan.

Beliau bercerita pada saat menjadi karyawan, ada sesuatu yang dirasa kurang. Padahal pendapatan dan karirnya terus meningkat. Posisi terakhir sebagai kepala cabang perusahaan di Batam.

Setelah melalui perenungan, baru disadari ternyata keinginan terkuatnya ingin bekerja tapi tidak mau terikat waktu tertentu. Kerja terpatok jam 8 pagi sampai 5 sore. Tidak punya kebebasan dalam mengatur waktunya sendiri. Dia ingin kapan saja waktunya istirahat ya istirahat. Kapan kerja serius, ya tekuni. Kapan saja mau dekat dengan keluarga, ya monggo. Kalau saya artikan jiwanya ingin menjadi entrepreneur.

"Akhirnya saya putuskan untuk punya perusahaan sendiri" kataya sambil dengan santai sarungan. "Modalnya?" tanya saya

"Modalnya cuma pasrah dan yakin!"

"Pasrah sama yang punya modal dan yakin dengan pemilik modal". Dengan pemilik modal? Belum sempat saya tanya siapa pemilik modal itu dia meneruskan: "Pemilik modal itu ya Allah. Dia yang Maha Kaya dan Maha Pemurah".

" Tanpa batas! No Limits!" katanya bersemangat

"Pasrah bukan berarti diam. Tapi amal atau ambil tindakan. Ikhtiar! Nah kalau sudah ikhtiar dengan segenap kemampuan, baru hasilnya pasrahkan pada Dia" sambil menghisap rokok kreteknya dia membagi pengalamannya. "Sandarkan semua padaNya. Njenengan tinggal bilang, Ya Allah jika tindakan ini benar dan menuju kepada kebaikan, maka bukakanlah jalan terbaik. Tapi kalau dimataMU tidak baik dan menjauhkan dari ketaatan kepadaMu, kuatkanlah hatiku untuk menjemput rizkiMu dari jalan yang lebih baik"

Ini sejalan dengan kajian ustadz Huzaifah di pengajian TDA Qalbussalim tentang Zero Mind Process. Meng-NOL-kan diri. Mengakui bahwa kita sebagai manusia sangat terbatas dan tidak punya daya kecuali kepasrahan pada kekuatan Tuhan.

"Kalau maksudnya yakin tadi?" saya jadi tertarik untuk mendengar penjelasanya lebih lanjut

"Ya Yakin. Tanamkan keyakinan dalam hati, bahwa Allah lah yang menggaji panjenengan, yang memeberi nafkah, yang memberi untung, yang memberi omset!" katanya serius. "Bukan pelangganmu, bukan keahlianmu, atau semua kehebatan njenengan"

"Kalau sudah begitu, hati akan tenang dan Insya Allah usaha akan terus dimudahkan" Saya hanya bisa manggut-manggut mendengar petuahnya yang bernas ini.

Karena ide entrepreneur sejalan dengan misi Komunitas TDA, saya juga menceritakan tentang komunitas ini pada beliau. Pada prinsipnya dia mendukung, cuma satu hal yang menurutnya perlu diluruskan. Yaitu NIAT.

"Jangan hanya berniat ingin jadi full TDA atau pengusaha semata. Terlalu kecil. Itu cuma kendaraan"

"Tapi niatkan ingin mendekatkan diri pada Allah. Karena diposisi apapun, kita bisa dekat bisa juga jauh dari rahmatNya"

Beliau menggambarkan banyak sahabatnya yang karyawan tetap bisa taat. Sholat pada waktunya. Tapi ada juga yang pengusaha yang sebenarnya waktunya luang, tetap saja sholatnya di pertengahan atau bahkan di akhir waktu.

"Ingat cerita sa'labah. Sahabat nabi yang ketika miskin, ketika menjadi penggembala (baca: karyawan) taat luar biasa, tapi ketika diberi cobaan berupa kekayaan melimpah, sebagai saudagar (baca: pengusaha) malah menjauh dari Allah" katanya mengingatkan.

Hmm. Luruskan niat. Dan rasanya para saudagar TDA tidak ada yang bermental Sa'labah, dalam hati saya bergumam. Insya Allah.

Saya juga bercerita tentang acara bedah buku yang diadakan komunitas TDA. Beliau cuma berujar, "Itu baik, tapi jangan terlalu banyak memenuhi otak njenengan dengan berbagai macam teori2". "Bisa ngebul nanti otakmu" katanya sambil tertawa.

"Otak itu terbatas kapasitasnya. Yang malah lebih penting penuhi hati dengan makanan rohani" urainya. "Hati itu punya kekuatan dahsyat lho" Mirip juga dengan yang disampaikan Erbe Sentanu dalam buku Quantum Ikhlas. "Apa sih makanan rohani itu pak?" saya makin penasaran.

"Pokoknya semua perkataan, tindakan atau perasaan apapun yang bisa membuat Allah tersenyum" Contonhya, beliau melanjutkan, "sedekah, silaturahmi, saling mengingatkan, berbagi ilmu dan pengalaman, doa, zikir, rasa bersyukur, masih banyak lainnya"

"Jadi ketimbang tertalu banyak membaca teori2 yang bisa membuat kebingungan di kepala, lebih baik ACTION aja", kali ini kata-katanya mirip provokator TDA. "Coba amalkan (ambil tindakan) satu saja! Kemudian konsisten, istiqomah"

"Karena satu tindakan yang dijalankan akan lebih berharga daripada mengetahui 1000 teori tanpa diamalkan"

Wah, makin lama perbincangan dengan beliau makin hangat. Apalagi kami juga disuguhi pecel dengan lontong yang nikmat. Ditemani teh manis hangat…

Kemudian beliau membeberkan 6 kunci dalam meraih kesuksesan. Perbincangan kami terhenti ketika adzan Dzuhur berkumandang. Dan beliau menjadi imam sholat, dengan jamaah para karyawan dan penduduk sekitar

0 komentar:

Pembaca Blog ini

Anda Pengunjung Ke

  © Blogger template Columnus by Ourblogtemplates.com 2008, AR Junaedi

Back to TOP