Bedah Buku Quantum Ikhlas, Saya = Sukses!
Senin, 09 Juli 2007
Sukses sudah ada pada diri saya. Diri Anda. Itu pesan yang disampaikan Erbe Sentanu dalam acara bedah buku yang diadakan Komunitas TDA, Sabtu 7-7-07 di JDC Jakarta Sukses sudah melekat pada diri Anda. Sama seperti NAMA Anda yang melekat pada diri Anda. Ketika nama Anda disebut atau anda dipanggil, anda pasti 'ngeh' dan perasaan biasa saja kan. Tidak mungkin kan Anda terkaget-kaget atau takjub begitu nama Anda dipanggil. Begitupun sukses. Karena sudah melekat, Anda tidak perlu kaget ketika mencapai apa yang Anda sebut kesuksesan. Biasa saja. Seringkali kita selalu mengukur kesuksesan dari harta yang dimiliki, rumah besar, mobil bagus. Atau bisa saja jabatan, omset 11 digit, 12 digit, dan seterusnya. Segala sesuatu 'yang terlihat'. Padahal itu cuma aksesories dari sukses. Inilah yang menurut Nunu sebagai pandangan dari pola pikir 'comfort zone'. Nunu mencoba mentransormasi menjadi pola pikir 'quantum zone'. Makanya diawal pembahasan dalam memahami 'quantun zone' Nunu berujar : 'Anda boleh tidak percaya saya' Pertanyaan selanjutnya, mengapa kebanyakan kita salah mengartikan sukses itu sendiri dan rasanya masih jauh dari kesuksesan? Nunu kemudian menjabarkan hal di atas dengan cerita anak raja yang diasuh oleh anak petani. Sewaktu kecil seorang anak raja tersesat dan ditemukan oleh keluarga petani. Dan petani tidak menyadari bahwa itu adalah anak raja. Sehingga dia mendidik sebagai anak petani biasa yang miskin. Hingga dewasa anak tersebut merasa sebagai anak petani dengan segala keterbatasannya. Ketika raja menemukan kembali anak tersebut, maka dia tetap merasa sebagai anak petani. Dengan pola pikir anak yang sederhana. Dia akan terheran-heran bila disebut anak raja. Dia akan takjub pada saat melihat istana. Walau coba diiyakini dengan cara apapun, dia tetap sulit mengakui bahwa dia sesungguhnya anak raja. Nah, buku Quantum Ikhlas ini menurut Nunu untuk mengembalikan lagi 'fitrah' kita sebagai 'anak raja'. Sehingga kita merasa sudah terbiasa bila sudah berada dalam 'istana' impian kita. Bahwa kita sebagai manusia yang 'sengaja' dihadirkan Tuhan dibumi ini dengan perangkat kesuksesan. Dimulai dengan pertanyaan: Do you know who you are? Siapa diri kita, mengapa kita ada di dunia ini. Mengutip kata nabi, barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya. Kemudian dengan mengenal diri sendiri, apakah kita sudah memanfaatkan segala potensi dan keunikan yang ada pada diri kita masing-masing? Pak Nunu bercerita perjalanan selama 20 tahun dalam mengembangkan metode quantum ikhlas ini. Dia kurang sreg dengan mode pelatihan motivasi yang selama ini mengandalkan pada kekuatan pikiran positif saja. Harus berjalan dengan tegak, harus afrimasi diri, harus berjingkrak-jungkrak sambil teriak 'Saya pasti Sukses'. Itu bukan gue banget, kata hati Nunu. Sampai akhirnya dia mengadu dan berserah pada Allah, pasrah aja. Dan mengalirlah apa yang sekarang kita nikmati buah pikirannya. Kekuatan pikiran yang berada pada level sadar ternyata hanya 12% dari potensi besar pada diri kita. Kalau diibaratkan mobil hanya bermain pada gigi 1. Ketika kita menginjak gas dengan kekuatan penuh, maka mesin akan malah menjadi panas. Yang 88% itu perasaan atau berada pada level bawah sadar. Disini baru kita sadari bahwa ternyata gigi mobil kita bisa sampai pada gigi 4 atau 5. Bahkan kita tidak perlu lagi pakai transmisi manual, bisa di set secara 'fully automatic' dengan powerful yang dahsyat. Kuncinya ada di qalbu, perasaan dan pikiran berkolaborasi. Dari Intelektual (IQ) atau Nunu lebih suka menyebut Mind Focus, Emotional (EQ) atau Heart Focus, dan Spiritual (SQ) atau Soul focus. Ini semua akan bermuara pada Diveine Zone. Masih banyak yang dibahas Nunu diacara bedah buku kemarin. Dan saya makin terpesona dengan kajian tentang ikhlas ini.
0 komentar:
Posting Komentar