Sukses Pindah Kuadran

Senin, 16 Juli 2007

Kali ini saya bersilaturahmi dengan seorang pengusaha bengkel sukses. Beliau menceritakan bagaimana perjalanannya berpindah kuadran dari seorang karyawan (employee), menjadi pekerja mandiri (self employee) dan sekarang sebagai pengusaha (buisness owner) yang sukses.

Bengkelnya sudah cukup punya nama di Jakarta, walaupun letaknya bukan di pinggir jalan raya besar. Tapi customer-nya tidak pernah sepi.
Punya 3 properti cukup besar dan satu diantaraya berupa kos-kosan 'bekerja' menambah passive incomenya.

Sebelum menjadi pengusaha sukses, beliau juga seorang karyawan biasa. Yang membedakan, beliau sudah punya dream dan NIAT yang kuat untuk memiliki bisnis sendiri. Niat ini yang terus dipelihara dibarengi dengan action.

Apa saja actionnya selagi menjadi karyawan untuk mewujudkan 'dream'-nya?

1. Belajar Sungguh-sungguh

Sebagai seorang mekanik, dia ingin benar-benar menguasai semua hal tentang mobil. Mulai dari mesin, kelistrikan, ac, transmisi, system automatic sampai masalah ban.
Tidak ada lagi hitung-hitungan lemburnya dibayar atau tidak. Ketika diberi tugas untuk menangani masalah, dia akan terus tekuni sampai mahir.
“Yang penting saya bisa dapat ilmu, “ begitu prinsipnya.

Dengan banyak belajar, dia menjadi mekanik yang mempunyai kemampuan 'lebih' diantara karyawan yang lain. Nilai plus ini yang menjadikannya sangat dekat dan dipercaya customer bengkel tempatnya bekerja, di Astra Group.

Sampai akhirnya ada satu orang pelanggannya yang ingin membuka bengkel, menawarkannya sebagai kepala mekanik. Kesempatan ini tentu tidak disia-siakan.

Dibengkel baru ini lagi-lagi dijadikan sarana untuk belajar. "Bukan lagi belajar tentang teknik. Tapi belajar bisnis," katanya. Semua trik dan cara mendapat pelanggan dia pelajari.

Bagaimana menjaga kepuasan pelanggannya, bagaimana pelanggan bisa setia dan tidak pindah ke bengkel lain. Dimana mendapatkan spare parts dengan harga bagus. Bagaimana menentukan harga jual. Dan banyak hal tentang marketing termasuk management bengkel yang dia pelajari disini. Cara-cara mengatur karyawan dan system penggajian.

"Pelajaran on the street yang sangat berharga, saya tidak bisa didapatkan dari buku-buku teori," kenangnya

Jadi selagi masih sebagai karyawan, manfaatkan semaksimal mungkin untuk belajar. Begitu kiat pertamanya

2. Menabung

Ini yang dilakukannya. Biasanya dia sisihkan di awal pada saat menerima gaji. Sebelum dipakai untuk membayar keperluan, disisihkan terlebih dahulu senilai tertentu.

Karena dirasa agak lama untuk mendapat angka modal yang diharapkan, dia mulai menarapkan trik lain. Dicoba dengan berhutang kepada perusahaan tempatnya bekerja, cicilan dengan potong gaji tiap bulannya. Begitu lunas, diajukan lagi hutang berikutnya.

Uang dari hutang itu, bukan dibiarkan menganggur. Tapi dibelikan properti berupa tanah dan sawah di kampungnya. Dia sudah berhitung, harga properti tidak mungkin turun.

Dan benar saja, pada saat waktunya untuk digunakan, nilai proerti itu sudah naik beberapa kali lipat.

3. Networking

Ini salah satu kunci suksesnya. Sebagai karyawan, jangan lupakan untuk memperluas juga networking. Jangan berhitung untung ruginya atau manfaat saat itu untuk memperluas networking.

Semakin banyak dan luas jaringan kita, semakin mudah kita dalam berusaha. Ketika menangani satu customer, yang dilakukan-nya juga mengetahui lebih customer tersebut. Kebiasaannya, komunitasnya sampai mengenal keluarganya.

Jaringan yang berhubungan dengan lingkup usaha kita, seperti dengan para supplier, dengan customer. Dengan mengenal lebih jauh supplier, kita akan mendapat banyak kemudahan, seperti terjaminnya kontinuitas stok barang dan harga yang bagus.

Begitupun dengan jaringan yang tidak berhubungan secara langsung dengan perusahaan. Seperti beliau ikut komunitas club mobil, kegiatan kemasyarakatan.
Dengan banyak orang tahu keahlian kita, justru banyak datang referensi bagus untuk menggunakan jasa kita.

Yang penting dari networking adalah menjaga kepercayaan dan komitmen. Sekali nama kita tidak baik, maka kekuatan jaringan bisa menyisihkan kita. Integritas kita benar-benar harus dijaga bila ingin terus langgeng dalam suatu networking. Begitu pesan beliau.

Pindah Kuadran

Nah, dengan ketiga modal diatas, beliau berani meninggalkan 'comfort zone'-nya sebagai karyawan di posisi puncak dan beralih menjadi self employee.

Jadi semua dimulai dari ilmu yang didapat, dengan tabungan yang sudah ditangan dan dengan networking yang memang mendukung. Tentu saja dengan tambahan support keluarga dan berdoa.

Sebagai pekerja mandiri, beliau menangani sendiri semuanya. Mulai dari mencari customer, menangani perbaikan, service, sampai delivery. Hanya dibantu satu orang mekanik.

Kenapa memilih self employee dulu?

Menurutnya ini berkaitan dengan service dan reputasi yang dijaga. Karena ingin memberikan jaminan kepada customer, bahwa pengananan service yang diberikan akan sebaik, malah lebih baik ketika dia sendiri yang langsung menangani.

Jaminan ini yang diminta pelanggannya. Tapi tetap dia bisa mengedukasi pelanggannya dan pelan-pelan ditangani oleh mekaniknya.

Dengan bertambahnya pelanggan, maka bertambah pula kebutuhan tenaga kerja. Begitupun dengan tempat, dari lokasi cuma di garasi rumah, menyewa tempat, sampai akhirnya membeli lokasi yang cukup luas untuk bengkelnya.

Saat sudah settle seperti itu, beliau beralih dari self employee menjadi business owner. Tidak lagi menangani pekerjaan sehari-hari. Tapi mempercayakan kepada staff. Saat ini, beliau memiliki 15 orang karyawan. Yang dilakukannya hanya menjaga hubungan baik dengan pelanggan dan supplier. Selebihnya, team beliau yang bekerja.

0 komentar:

Pembaca Blog ini

Anda Pengunjung Ke

  © Blogger template Columnus by Ourblogtemplates.com 2008, AR Junaedi

Back to TOP