"Stress dulu, baru jadi Pengusaha!"

Kamis, 31 Mei 2007

"Kalau belum stress, belum panas dingin, belum lulus jadi pengusaha!", begitu kata Ridwan, sahabat saya satu kantor di TDB dulu. Sekarang dia sudah punya usaha sendiri. Ridwan memiliki satu perusahaan jasa yang cukup berkembang.

Dia menceritakan bagaimana susahnya awal membangun bisnis. Yang harus disiapkan adalah mental. Begitu katanya menegaskan. Ya mental untuk jatuh, berdarah-darah, tapi siap juga mental untuk sukses.

Pernah mengalami project ratusan juta yang macet pembayarannya. Sedang dia sudah dikejar-kejar para supplier atau vendor.

Stress! Bahkan sampai nyaris bangkrut sudah dialami. Tapi yang penting katanya bukan bangkrutnya. Tapi bagaimana cara bangkitnya. Susah jangan dihindari, tapi dihadapi dan cari cara untuk keluar dari masalah.

Jadi pengusaha juga harus bisa tega. Sahabat saya ini menceritakan bagaimana dia harus memecat 5 orang karyawan dan memilih dari sekian banyak karyawan. Yang terbayang bukan cuma wajah karyawan yang akan dipecat, tapi juga keluarga karyawan itu.

Tapi itu harus dilakukan. Kalau pengusaha selalu pakai perasaan tega atau tidak, maka akan sulit keluar dari masalah.

Yang terpenting dari jalannya perusahaan adalah Cash Flow. Ya aliran kas seperti aliran darah ditubuh kita, kata Ridwan mengibaratkan. Bahkan jantungpun akan mendadak berhenti bila aliran darah habis. Wah!

Atur cash-in dan cash-out secara ketat.

Jangan hanya melihat dari omset. Karena omset besar belum tentu profit besar. Collection juga harus diperhatikan. Jadi uang yang ada bukan cuma diatas kertas saja.

Credit term (Jangka waktu pemberian kredit) dan Credit limit (Batasan jumlah kredit yang diberikan) mutlak diterapkan. Lagi-lagi cash menjadi raja disini

Yang juga penting katanya pendelagasian. Delegasikan tugas dan wewenang secara penuh tapi bertanggung jawab. Diawal pendelagasian kita harus secara ketat memantau apakah yang menjalankan tugas tersebut sesuai dengan rel. Rambu-rambu harus jelas diberikan.

Ridwan juga membagi cerita, bahwa untuk menjadi pengusaha atau Full TDA, seperti ingin menyebrang disungai. Jangan menunggu jembatan dibangun. Atau menanti peralatan selam yang mahal-mahal. So?

Nyemplung aja!

Nanti kalau sudah nyemplung, kita akan berusaha dengan berbagai cara untuk bisa mencapai tujuan kita. Kalau diam berarti tenggelam. Jadi mau tidak mau harus bergerak dan bergerak. Berpikir dan berpikir. Kreatifitas akan muncul dan terasah bila sudah mulai.

Take Action saja! Katanya seperti biasa disebut para pendekar TDA!

Jadi mau lulus jadi pengusaha? Ya nyemplung aja!

1 komentar:

Anonim 20 Juni 2008 pukul 17.22  

Good artikel Pak...Thanks undah memotivasi saya untuk menjadi Pengusaha.

Handra

Pembaca Blog ini

Anda Pengunjung Ke

  © Blogger template Columnus by Ourblogtemplates.com 2008, AR Junaedi

Back to TOP